Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia - Manusia sekarang bukan keturunan dari
Pithecantropus atau Meganthropus. Kita adalah keturunan manusia jenis Homo
Sapiens. Seperti telah kalian pelajari sebelumnya, manusia jenis Homo Sapiens
inilah yang ciri-cirinya mirip dengan manusia sekarang. Tahukah kalian dari
mana asal mula nenek moyang
bangsa Indonesia?
1. Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Menurut penyelidikan para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia
bukan asli dari Indonesia. Jenis manusia Homo Sapiens ini terbagi atas tiga
subspesies atau ras.
·
Ras Mongoloid: berkulit
kuning, tinggi badan cukup, hidung menonjol sedikit (tidak mancung, tetapi juga
tidak pesek), menyebar ke Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia
Tenggara.
·
Ras Kaukasoid:
berkulit putih, tinggi, badan jangkung, hidung mancung, menyebar di Eropa dan
Asia kecil (Timur Tengah).
·
Ras Negroid: berkulit
hitam, bibir tebal, rambut keriting, menyebar di Afrika, Australia, dan Iran.
Hasil penyelidikan Von Hiene Geldern tentang penyebaran kapak
persegi, menyimpulkan bahwa jenis manusia Homo Sapiens bukan asli dari
Indonesia. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal daridaerah
Campa, Cochin China, Kamboja, dan daerah-daerah di sepanjang pantai di Teluk
Tonkin. Sementara itu, kalau dilihat dari pangkal kebudayaannya, mereka berasal
dari wilayah Yunnan di Tiongkok Selatan. Mereka termasuk rumpun bangsa
Austronesia. Rumpun bangsa Austronesia terdiri atas dua subspesies/ras, yaitu
ras Mongoloid dan ras Austro Melanesoid. Mereka inilah nenek moyang bangsa
Indonesia sesungguhnya.
2. Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Nenek moyang bangsa Indonesia adalah para pelaut ulung. Sejak
2000 SM hingga 50 SM, terjadi gelombang perpindahan penduduk dari bagian Asia
(Yunan) ke wilayah nusantara. Pendapat ini dikuatkan dengan adanya kesamaan
hasil kebudayaan yang ditemukan berupa beliung atau kapak persegi di Sumatra,
Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi bagian barat. Alat berupa kapak persegi atau
beliung ini juga ditemukan di Siam, Malaka, Burma, Vietnam, Kamboja, dan
terutama di Yunnan.
Penduduk dari Yunnan bergerak ke arah selatan sampai ke wilayah
Vietnam. Sebagian menetap di wilayah ini, sebagian lagi melanjutkan perjalanan
berlayar untuk mencari tempat tinggal yang baru. Dengan menggunakan perahu
bercadik mereka secara bergelombang berlayar akhirnya sampai ke Kepulauan
Nusantara. Tersebarlah orang-orang dari Yunnan itu ke nusantara. Mereka
kemudian menetap dan mengembangkan kebudayaan di Indonesia.
Info Untukmu!
Bagaimana dengan nasib
Pithecantropus atau Meganthropus? Diperkirakan kedua jenis makhluk ini
mengalami kepunahan, kemudian Tuhan menciptakan manusia jenis Homo Sapiens.
Adanya teori bahwa
manusia berasal dari kera merupakan teori yang tidak mendasar. Untuk mengetahui
lebih lanjut, kalian dapat mempela-jari berbagai jenis manusia purba melalui
buku-buku di perpustakaan. Kalian dapat membaca buku karya Arnold J. Toynbee,
Sejarah Umat Manusia ( ter j . ) , Yogyakar ta: PT Pustaka Pelajar, 2006.
Gambar Asal usul Nenek Moyang Indonesia
Ternyata, kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia tidak
serempak. Mereka datang secara bergelombang yang secara garis besar terbagi
dalam dua gelombang.
Gambar perahu bercadik
a. Gelombang Pertama
Gelombang pertama diperkirakan datang sekitar tahun 2000 SM–1500
SM. Dari Vietnam ini, rombongan orang-orang dari Yunnan terbagi menjadi dua
kelompok besar. Kelompok pertama meneruskan perjalanan dan berlayar sampai ke
Malaka, Sumatra, Jawa, Bali, dan tempat-tempat lain, seperti di Kalimantan
Barat. Kemudian, kelompok yang lain (kelompok kedua) berlayar ke arah perairan
Laut Cina Selatan, terus ke Kepulauan Filipina, Sulawesi, Maluku sampai ke
Irian.
Kelompok pertama yang berlayar ke wilayah Malaka, Sumatra, Jawa,
Bali, dan tempat-tempat lain, seperti di Kalimantan Barat termasuk ras
Mongoloid. Mereka inilah yang membawa dan menyebarkan beliung atau kapak
persegi ke berbagai daerah tersebut. Kapak persegi adalah alat yang sangat
mendukung untuk mengerjakan sawah (untuk kegiatan pertanian). Daerah-daerah
yang dilewati dan ditempati ras Mongoloid, seperti Malaka, Jawa, dan Sumatra
merupakan daerah perkembangan pertanian.
Kelompok kedua yang bergerak dan berlayar sampai ke Sulawesi,
Maluku, Irian, dan sekitarnya adalah orang-orang Ras Austro Melanesoid. Mereka
inilah yang membawa dan menyebarkan kapak lonjong. Kapak lonjong ini umumnya
menyebar di Indonesia bagian timur. Kapak lonjong banyak digunakan untuk
bekerja di ladang, perkebunan, atau hutan.
Info Untukmu!
Perjuangan nenek
moyang bangsa Indonesia merupakan semangat dan kerja keras yang
perlu kita tiru. Mereka dengan gigih mengarungi lautan luas dengan peralatan
sederhana. Mereka sadar akan bahaya yang dihadapi. Tetapi demi kemajuan
masyarakatnya mereka rela melakukan-nya.
b. Gelombang Kedua
Kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua
diperkirakan terjadi sekitar tahun 500 SM. Pada waktu itu, orang-orang
Austronesia bergerak dari Tonkin, terus melewati Malaka (Malaysia) Barat.
Mereka menyebar ke Sumatra, Jawa, Madura, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, dan sekitarnya. Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa kedatangan
nenek moyang bangsa Indonesia gelombang kedua ini hanya satu kelompok besar,
yaitu orang-orang Austronesia. Mereka menyebar ke Indonesia melalui Indonesia
bagian barat.
Orang-orang Yunnan ataupun Tonkin yang termasuk rumpun bangsa
Austronesia, baik itu Ras Mongoloid maupun Austro Melanesoid, baik yang datang
pada gelombang pertama maupun yang datang pada gelombang kedua, menetap di
Kepulauan Indonesia. Mereka bercampur dan berpadu membentuk komunitas di
Kepulauan Indonesia. Merekalah yang menjadi nenek moyang bangsa Indonesia.
Dengan demikian, nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah mereka yang dikenal
dengan Pithecantrhopus atau Meganthropus, melainkan orang-orang dari Yunnan
yang datang secara bergelombang ke Indonesia.
Mengapa nenek moyang kita melakukan perjalanan sejauh itu?
Diperkirakan pada masa tersebut situasi di Asia Tengah (termasuk daerah Yunnan)
terjadi persaingan ketat antarsuku. Akibatnya, nenek moyang kita menyingkir
untuk mencari kehidupan yang lebih aman. Selain itu, mereka juga ingin
mendapatkan daerah baru yang lebih makmur untuk memenuhi kehidupannya. Karena
dorongan untuk maju itulah, nenek moyang rela melakukan perjalanan jauh dengan
peralatan sederhana. Padahal, mereka menghadapi rintangan yang ganas dan sulit.